PANDUAN LENGKAP SHALAT
Berwudhu
|
Berwudhu
Cara atau jalan untuk
membina mental dan rohani sungguh banyak sekali. Jalan yang pasti ialah
mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengekalkannya yang
disebut sebagai ibadah. Salah satu mata rantai ibadah itu adalah Wudhu'.
Kegunaan Air Wudhu
Alat Yang Dipakai
Alat yang dipakai ialah
air. Meskipun demikian, air yang digunakan untuk berwudhu' adalah air yang
suci lagi menyucikan (pengertiannya?), iaitu: Air hujan, Air Sumur, Air
Sungai, Air Laut, Air dari mata Air, Air Telaga, Air Danau, Air Ais, Air
Ledeng.
Cara-caranya
Berniat dalam hati bahawa
berwudhu' untuk..., lalu:
Bila dikerjakan seperti
di atas, maka wudhu' sudah sah.
Berwudhu' yang lebih
sempurna
Bila ingin berwudhu'
lebih sempurna, yakni sempurna lahiriah dan sempurna pula dalam ganjaran,
maka kerjakanlah tabahan-tambahannya dengan cara sebagai berikut:
1. Mulailah dengan
mengucapkan Bismillaahir rahmaanir rahiim...
2. Menghadaplah kearah
kiblat
3. Usahakanlah berwudhu'
dengan tidak meminta bantuan orang lain, seperti menimba, dan sebagainya.
4. Basuhlah jari-jari
tangan dengan menyelat-nyelatinya. Dan bagi jari yang bercincin, jam atau
perhiasan yang dipakai di jari-jari lainnya, bukalah perhiasan tersebut agar
air dapat merata membasahi seluruh jari-jari.
5. Berkumur-kumur.
6. Masukkanlah air ke
dalam hidung, lalu keluarkanlah kembali (istinsyaq).
7. Gosoklah gigi untuk
menghilangkan sisa makanan dan bau mulut yang kurang sedap.
8. Mulailah dengan
anggota wudhu'yang sebelah kanan.
9. Ulangilah masing-masing
sampai tiga kali (3X).
10. Ratakanlah air hingga
membasahi seluruh anggota wudhu'
11. Ketika menyapu
kepala, ratakan seluruhnya (letakkan ibu jari samping kiri dan kanan kepala,
lalu putarlah telapak tangan dari depan ke belakang, kemudian kembali ke
depan (cukup sekali).
12. Basuhlah telinga
dengan memasukkan telunjuk ke lubang telinga, ibu jari dibelakang telinga.
13. Bila selesai
berwudhu', hadapkan muka ke arah kiblat dan berdoalah dengan membaca:
Asyhadu an laa ilaaha
illalaahu wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuuluh, Allahummaj'alnii
minat tawwaa biinaa waj'alnii minal mutathahhiriin.
Aku bersaksi bahwa Tidak
ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad itu
adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. Ya allah , masukkanlah aku ke dalam golongan
orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku masuk ke dalam golongan
orang-orang yang suci.
14. Lakukanlah solat
sunnat wudhu' dua raka'at.
Hal-hal yang Membatalkan
Wudhu'
1. Keluar sesuatu dari
"dua pintu" belakang seperti buang angin (kentut), buang air besar
atau kecil, haid atau nifas, dan sebaganya.
2. Hilang akal (kerana
sakit, mabuk, gila dan sebagainya) .
3. Bersetubuh.
|
Tayammum
|
"Manakala seorang
muslim atau mukmin itu berwudhu, lalu ia membasuh mukanya, maka keluarlah
dari mukanya itu semua dosa yang dilihat oleh matanya bersama air atau
bersama titisan yang terakhir dari air. Manakala ia membasuh kedua tangannya,
maka keluarlah (terusir) semua dosa yang tersentuh oleh kedua tangannya
bersama air atau bersama-sama dengan titisan terakhir dari air. Manakala ia
membasuh kedua kakinya, maka sirnalah semua dosa yang pernah dijalani oleh
kakinya bersama air atau bersama titisan air yang terakhir, sehingga keluar
(selesailah) dalam keadaan bersih dari dosa-dosa." (Hr Imam Muslim dari
Abu Hurairah).
Air Wudhu
Wudhu merupakan salah
satu ibadah yang khas yang dapat dipakai untuk solat, thawaf, hendak tidur,
jalan keluar rumah, serta memelihara jiwa dan raga dari berbagai cacat.
Wudhu dengan air bersih
dan murni bererti meniti kosmetik tradisional dan anti biotik alamiah, kerana
itu, Islam tidak membenarkan berwudhu dengan air musta'mal (air bekas
dipakai), air buah-buahan, akar-akaran atau air yang sudah berubah
sifat-sifatnya (warna, rasa dan baunya). Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
bahawa wudhu ialah membasuh muka, membasuh kedua tangan hingga dua siku,
menyapu kepala, dan membasuh kaki hingga dua mata kaki yang diawali dengan
niat dalam hati.
Almarhum Buya Hamka,
melalui bukunya "Lembaga Hidup" menulis tentang wudhu sbb:
"Lima kali
sekurang-kurangnya sehari semalam disuruh berwudhu dan solat. Dan meskipun
wudhu belum lepas, sunnat pula memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf
diterangkan pula hikmah wudhu itu. Mencuci muka, ertinya mencuci mata,
hidung, mulut dan lidah, kalau-kalau tadinya berbuat dosa ketika melihat,
berkata dan makan. Mencuci tangan dengan air, dalam hati dirasa seakan-akan
membasuh tangan yang terlanjur berbuat salah. Membasuh kaki, dan lain-lain
demikian pula. Mereka perbuat hikmat-hikmat itu, meskipun di dalam hadis dan
dalil tidak bertemu, adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja,
padahal bathinnya masih tetap kotor. Hatinya masih khizit, loba, tamak,
rakus, sehingga wudhunya lima kali sehari itu tidak berbekas diterima Allah,
dan sembahyangnya tidak menjauhkan dari pada fahsya (keji) dan mungkar
(dibenci)".
Penulis "Lembaga
Hidup" sengaja merangkaikan keutamaan wudhu dengan masalah kesehatan
badan dan kebersihannya, lalu dihubungkan dengan sabda Nabi Muhammad
s.a.w Tulisnya:
"Bukan kita hidup
mencari puji, bukan pula supaya kita paling atas di dalam segala hal.
Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita menjaga kebersihan, kita akan
dihormati orang juga". Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w:
"Perbaguslah pakaianmu, perbaiki tunggangan (kenderaan) mu,
sehingga kamu laksana sebutir tahi lalat di tengah-tengah pipi, di dalam
pergaulan dengan orang banyak".
Allah s.w.t. menurunkan
wahyu, memberi hidayah penuntun rohani dan jasmani agar keduanya tetap
berfungsi dan terpelihara.
Rasulullah s.a.w bersabda:
"Sesungguhnya Rasulullah
s.a.w. pernah pergi ke kuburan, lalu memberi salam :
"Assalamu'alaikum Dara Qaumin (perkampungan orang mukmin) dan Insya
Allah kami akan menyusul kemudian, saya ingin benar melihat-lihat
saudaraku." Berkata sahabat: "Bukankah kami ini adalah saudaramu yaRasulullah?
"Ya, kamu adalah sahabatku, dan saudara-saudaraku yang belum datang
kini." Sahabat kembali bertanya: "Bagaimanakah engkau dapat
mengenal mereka yang belum datang kini dari ummatmu ya Rasulullah?" Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Bagaimana pendapatmu jika seorang
mempunyai kuda belang putih muka dan kakinya, ditengah-tengah kuda yang
semuanya hitam, tidakkah mudah mengenal kudanya?" Para sahabat
menjawab : "Benar Ya Rasulullah." "Maka itu
ummatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya sebagai bekas
wudhu, dan saya akan membimbing mereka itu ke Haudh (Telaga Syafa'at)"
Cahaya, Kebersihan dan
Kehidupan
Dalam air wudhu yang
sakral terdapat cahaya, kebersihan dan kehidupan. Air bekas (mus'tamal) atau
tersadur najis, akan menjadi sumber penyakit, buruk bagi fisik, kimia, maupun
biologis. Islam pun melarang berwudhu dengan air yang demikian. Air sebagai
keperluan vital kehidupan. Al-Qur'an memberi penjelasan bahawa kehidupan
dimulai dari air, seperti disebutkan dalam firmannya:
"Dan kami telah
menciptakan segala sesuatu yang hidup itu dari air, apakah mereka belum mau
juga beriman?" (Al-Anbiya:30).
Hal-hal Yang Tidak
Membatalkan Wudhu
Banyak sekali perbuatan
yang dikira orang membatalkan wudhu, padahal tidak. Misalnya, seorang pekerja
yang berpalitan dengan oli dan minyak, mengira air wudhunya sudah rosak dan
wudhunya batal, padahal tidak; sementara yang dianggap remeh ternyata justru
membatalkan wudhunya. Beberapa hal yang tidak membatalkan wudhu antara lain:
1. Bersentuhan antara
pria dan wanita, sudah dewasa, tanpa lapis, selama tidak mengandung niat yang
nafsu dan tak senonoh. Dalam suatu hadis disebutkan:
"Aisyah r.a.
berkata: Suatu malam aku kehilangan Rasulullah s.a.w. dari
tempat tidurku, maka terabalah oleh telapak tanganku pada kedua telapak
kakinya yang keduanya dalam keadaan berdiri; dan Rasulullah s.a.w. sedang
sujud sambil membaca: Allaahumma innii a'udzu biridhaaka, min
sakhatika, wa a'uudzu bimu' aafaatika min uquubatika, wa a'uudzu bika minka
laa uhshiitsanaa'an 'alaika anta kamaa atsnayta 'alaa nafsika." (HR
Muslim dan At Turmuzy).
Yang erti doanya: "Ya
Allah, aku berlindung dengan ridhaMu dari murkaMu, berlindung dibawah
naunganMu; ringkasnya aku berlindung kepadaMu daripadaMu. Tiada terhitung
puja-pujiku untukMu. Engkau sebagaimana pujianMu atas diriMu sendiri."
"Aku tidur
dihadapan Rasulullah s.a.w., sedang kakiku berada di arah kiblat.
Maka apabila Ia sujud, dirabanya aku dan dipegangnya kakiku". Sementara
dalam lafazh yang lain disebutkan :"Maka jika ia akan sujud, kakiku,
dirabanya". (HR Bukhary dan Muslim, sumber Aisyah)
2. Keluar darah dari
tempat yang lazim, seperti luka, bukan dari qubul atau dubur.
3. Kerana muntah
4. Kerana makan minum.
Seperti disebutkan dalam hadits nabi:
"Manimunah r.a. berkata:
"Rasulullah s.a.w. telah makan di rumahnya dengan panggangan
kambing, kemudian Rasulullah s.a.w. langsung solat tanpa
memperbaharui wudhu." (HR Bukhary dan Muslim).
5. Terkena segala jenis
najis atau kotoran lainnya. Najis tidak menghilangkan wudhu', hanya dia cukup
dibersihkan saja.
6. Tersentuh kemaluan
tanpa maksud yang lain. Seperti disebutkan dalam hadis:
"Bahawa seorang
lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang orang yang
menyentuh kemaluannya, apakah ia wajib berwudhu? Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidak, dia adalah sebagian dari tubuhmu sendiri". (HR Lima
Ahli Hadits)
Perosak Tayammum
Tayammum merupakan
pengganti wudhu atau mandi. Kerana itu, ia boleh rosak atau batal apabila :
1. Langsung melihat air
dan dapat menggunakannya (khusus bagi mereka yang bertayammum kerana tidak
ada air).
2. Segala sesuatu yang
membatalkan wudhu'.
Hal-hal lain yang perlu
diketahui ialah:
1. Satu kali tayammum
dapat digunakan untuk beberapa solat atau thawaf, baik yang wajib maupun yang
sunat.
2. Apabila mendapatkan
air, padahal solat sudah dikerjakan dengan tayammum, maka solatnya tidak
perlu diulangi lagi.
|
Tatacara Shalat
|
|
Apabila kita sudah
mempunyai air wudhu bererti kita sudah siap untuk mengerjakan solat. Kita
boleh solat dimana saja asalkan di tempat suci. Suci disini maksudnya adalah
tidak bernajis. Boleh menggunakan alas seperti sajadah atau apa saja yang
bersih, sekalipun tidak memakai alas sama sekali, seperti di atas bumi.
Meskipun demikian, yang penting dipersiapkan sebagai persyaratan shalat
ialah:
Sesudah mempunyai air
wudhu' dan siap untuk solat, maka kita segera dapat memulainya dengan urutan
sebagai berikut.
Berdiri tegak lurus
dengan menghadap ke arah kiblat, disertai dengan niat: "Aku
solat...(zuhur, misalnya), wajib kerana Allah". "Usalli
fardhu...(Zhuhrii), lillahii ta'ala"
Takbiratul Ihram
dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sampai menyentuh telinga diiringi
dengan membaca:
Allahhu Akbar (Allah
Maha Besar) (1x)
Ucapan "Allahhu
Akbar" disebut Takbiratul Ihram (hukumnya
wajib) kemudian pada saat peralihan gerak atau sikap, sangat dianjurkan
mengucapkan takbir "Allahhu Akbar". Yang perlu diperhatikan,
apabila takbir dilakukan dalam keadaan berdiri, maka sebaiknya pengucapan
takbir ini disertai dengan mengangkat kedua tangan seperti pada sikap
takbiratul ihram. Dan apabila perpindahan gerak atau sikap terjadi dalam
keadaan duduk, maka ucapan takbir tidak perlu disertai dengan mengangkat
kedua tangan. Semua ucapan takbir dalam shalat hukumnya sunnat, kecuali
takbir yang pertama yaitu takbiratul ihram.
Selesai membaca
takbiratul ihram, tangan langsung disedekapkan ke dada. Yang kanan menghimpit
tangan kiri, pergelangan sejajar dengan pergelangan. Kemudian membaca doa
iftitah (doa permulaan dan atau doa pembuka) yaitu:
Innii wajjahtu wajhiya
lilladzi fatharas samaawaati wal ardha haniifan musliman wamaa ana minal
musyrikiin. Inna salaati wa nusukii wa mahyaayaa wa mamaatii lillaahi rabbil
'aalamiin. Laa syariikalahu wa bizdaalika umirtu wa ana minal muslimin.
Aku hadapkan wajahku
kepada Allah yang menjadikan langit dan bumi, dengan keadaan suci lagi
berserah diri; dan aku bukanlah dari golongan orang-orang musyrik.
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya semata-mata bagi
Allah, Tuhan Semesta alam. Tidak ada sekutu baginya, demikian akau
diperintahkan, dan aku adalah termasuk kedalam golongan orang-orang yang
berserah diri.
Membaca do'a iftitah
hukumnya sunnat. (Selain doa tersebut di atas, masih ada doa'a-do'a iftitah
yang lain yang biasa juga dibaca oleh Rasulullah s.a.w.).
Selesai membaca do'a
iftitah, lalu membaca "ta'awwudz". Bacaan t'awwudz hukumnya
sunnat. Lafazhnya yaitu:
A'uudzu billaahi minasy
syaithaanir rajiim
Aku berlinding kepada
Allah dari kejahatan setan yang terkutuk.
Seudah ta'awwudz, lalu
membaca surah Al Fatihah. membaca surah Al Fatihah pada
setiap rakaat solat (wajib/sunnah) hukumnya wajib.
Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillaahi
rabbil'aalamin Arahmaanirrahiim Maaliki
yawmiddiin Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iinIhdinash
shiraathal mustaqiim Shirathal ladziina an'amta
alaihim gahiril maghdhuubi'alaihin waladh dhaalliin Aaamiin
Dengan nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah yang memelihara sekalian Alam Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Yang
merajai hari pembalasan Hanya kepada-Mu kami meyembah dan hanya kepada-Mu saja kami mohon
pertolongan Tunjukilah kami jalan yang lurus Jalan
mereka yang Engkau beri ni'mat, bukan jalan mereka yang engkau murkai dan
bukan pula jalan mereka yang sesat. Kabulkanlah
permohonan kami,ya Allah!
Sesudah membaca Al
Fatihah pada rakaat pertama dan kedua pada solat wajib, kita
disunnatkan membaca surah-surah atau ayat yang lain. Pada rakaat selanjutnya
yaitu ketiga dan/atau keempat, kita hanya diwajibkan membaca Al
Fatihah saja, sedangkan pembacaan surah atau ayat lainnya tidak
diwajibkan. Surah-surah atau ayat-ayat Al Quran yang diinginkan dapat saja
kita pilih diantara sekian banyak surah dari Al Quran. Sebaiknya usahakanlah
tetap membaca surah atau beberapa ayat Al Quran sesudah al Fatihah pada
rakaat pertama dan kedua (pada solat wajib) misalnya:
Wal ashri innal insaana
lafii khusrin illaladziina 'aamanu wa'amilus shaalihaati watawaashaw bil
haqqi watawaashaw bis shabri (QS)
"Demi waktu.
Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan
beramal saleh serta mereka yang berwasiat pada jalan kebenaran dan mereka
yang berwasiat pada ketabahan."
Di dalam ruku membaca :
1. Subhaana
rabbiyal azhim (3x) ("Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung")
atau
2. Subhaanakallahumma
rabbanaa wa bihamdika allaahummaghfirlii ("Maha suci Engkau ya
Allah, ya Tuhan Kami, dengan memuji Engkau ya Allah, ampunilah aku")
*Boleh dipilih salah satu
di antara kedua do'a tersebut.
I'tidal atau bangun dari
ruku seraya mengangkat kedua tangan membaca:
Sami'allaahu liman
hamidah. Rabaanaa walakal hamdu. (Maha mendengar Allah
akan pujian orang yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami, untuk-Mu lah segala
puji.")
Bagi orang yang telah
lancar bacaannya, maka pujian bangun dari ruku dapat diperpanjang dengan:
"Mil-ussamaawaati wa
mil ul ardhi wa mil-umaa syi'ta min sya-in ba'du" (Untuk-Mu lah segala
puji sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki.)
Bacaan dalam sujud:
Subhaana rabbiyal a'la (3x)
(Mahasuci Tuhanku Yang Maha Tinggi_
Atau boleh juga membaca
pujian seperti pujian No. 2 dalam ruku yaitu:
Subhaanakallaahumma
rabbanaa wa bihamdika Allaahummaghfirlii (Mahasuci Engkau ya Allah, ya Tuhan
kami, dengan memuji Engkau ya Allah, ampunilah aku)
Ketika duduk diantara dua
sujud membaca:
Allaahummaghfirlii, warhamnii,
wajburnii, wahdinii, warzuqnii (Ya Allah, ampunilah
hamba, kasihanilah hamba, cukupilah hamba, tunjukilah hamba, dan berilah
hamba rizki.)
Atau boleh juga membaca:
Rabbighfirlii, warhamnii,
wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'afinii, wa'fu'annii. (Wahai
Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupilah aku, angkatlah derajatku,
ber rizqilah aku, tunjukilah aku, sehatkanlah aku, dan maafkanlah segala
kesalahanku.)
[ kembali ke
atas ]
Bacaan dalam sujud kedua,
sama dengan bacaan dalam sujud pertama yaitu:
Subhaana rabbiyal
a'la (3x)(Mahasuci Tuhanku yang Maha Tinggi)
Bacaan-bacaan dalam ruku,
i'tidal, sujud, dan ketika duduk diantara dua sujud dalam solat, semuanya
sunat (tidak wajib) yang amat dianjurkan.
Sikap berdiri pada rakaat
kedua sama dengan sikap berdiri pada rakaat pertama, yaitu dengan bersedekap
tangan ke dada, yang kanan di atas yang kiri.
Mulai dengan membaca
ta'awwudz:
A'uudzu billaahi minasy
syaithaanirrajiim (Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan
syaithan yang terkutuk.)
Kemudian diteruskan
dengan membaca surah Al-Fatihah.
Sesudah membaca Al-Fatihah,
kembali pada rakaat kedua ini dianjurkan untuk membaca pula satu surah atau
beberapa surah atau ayat-ayat suci Al Quran. Kemudian kembali melakukan ruku.
Sikap dan bacaan ruku di
rakaat kedua ini sama dengan sikap dan bacaan pada ruku di rakaat pertama.
Sama dengan I'tidal pada
rakaat pertama, bangkit serta mengangkat kedua tangan seraya membaca do'a
i'tidal.
Bacaan di dalam sujud ini
sama dengan bacaan pada sujud di rakaat pertama.
Bacaan doa ketika duduk
diantara dua sujud pada rakaat kedua sama dengan bacaan pada rakaat pertama.
Sikap dan bacaan pada
sujud kedua pada rakaat kedua sama juga dengan sikap dan bacaan pada
sujud-sujud sebelumnya.
Sikap duduk pada tahiyyat
pertama (Tawarruk, keadaannya sama ketika duduk antara dua sujud menduduki
kaki kiri, sedang kaki kanan tegak dengan jarijari kaki menghadap kiblat).
Lain dengan sikap duduk pada tahiyyat kedua atau tahiyyat akhir (ifti-rasy,
kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari kaki menghadap ke arah kiblat).
Bacaan ketika tahiyyat
ialah:
At tahiyyaatu lillaah,
wash shalawaatu waththayibaatu
Semoga kehormatan untuk
Allah, begitu pula segala do'a dan semua yang baik-baik.
Assalaamu'alaika ayyuhan
nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Salam sejahtera untukmu
wahai para Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya.
Assalaamu'alainaa wa'ala
ibaadillahis shaalihiin
Salam sejahtera untuk kami
dan untuk para hamba Allah yang saleh
Asyhadu anlaa ilaaha
illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuuluh
Aku bersaksi bahwa
sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa sesungguhnya Muhammad
adalah hamba Allah dan Rasul-Nya
Contoh di atas adalah
praktek solat subuh 2 rakaat. Bila Anda solat Maghrib 3 rakaat, maka bacaan
tahiyyat pertama rakaat kedua cukup samapai pada "Allaahumma
shalli 'alaa Muhammad" dan akhir rakaat ketiga bacaan tahiyyat
dibaca dengan sempurna samapi "hamiidun majiid".
Setelah itu memberi salam.
Bila anda solat 4 rakaat,
yaitu Zohur, Ashar, atau Isya, maka akhir rakaat kedua persis sama dengan
akhir rakaat kedua solat Maghrib. Pada akhir rakaat ketiga, tak ada tahiyyat,
dan pada akhir rakaat keempat barulah anda sempurnakan bacaan tahiyyat hingga
"hamiidun majiid", lalu memberi
salam sebagai akhir dari shalat.
Allaahumma shalli 'alaa
Muhammadin wa'alaa aali Muhammadin, kamaa shallaita 'alaa Ibraahim wa'alaa
aali Ibrahim, wa baarik 'alaa Muhammadin, kama baarakta 'alaa Ibrahiima
wa'alaa aali Ibraahima, fil 'aalamiina innaka hamiidun majiid.
Ya Allah, berilah shalawat
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi
shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, dan berilah berkat kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi berkat kepada
Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha
Mulia.
Menoleh ke kanan dan ke
kiri. Setelah selesai tahiyyat, anda memberi salam dengan membaca:
Assalaamu 'alaikum
warahmatullaahi wa barakaatuh (Salam sejahtera untukmu,
rahmat Allah dan berkat-Nya.)
Sambil menoleh ke kanan
dan ke kiri.
Perhatian:
Ketika membaca tasyahhud
(asyhadu..) dalam tahiyyat, telunjuk kanan digerakkan ke atas bagai
meyakinkan bahawa Allah itu hanya Esa.
|
Solat Jama & Qasar
|
Solat Jama
Yang dimaksud dengan solat Jama adalah penggabungan dua waktu solat dan dikerjakan dalam satu waktu, misalnya solat Zhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya. Bila solat Zuhur dikerjakan bersama-sama dengan Ashar di waktu Ashar, maka dinamakan Jama Ta'khir. Sebaliknya bila solat Ashar dikerjakan bersama-sama dengan Zuhur di waktu Zuhur disebut Jama Taqdin. Demikian juga bila solat Maghrib dan Isya dikerjakan bersama-sama pada waktu Maghrib, ia disebut Jama Taqdim, sebaliknya solat Maghrib dengan Isya dikerjakan bersama-sama pada waktu Isya, ia dinamakan Jama Ta'khir. Zuhur, Ashar, Isya dan Maghrib, rakaatnya tetap, 4,4,4, dan 3. Dalam solat Jama' baik yang taqdim maupun takhir, maka solat yang didahulukan mengerjakannya adalah solat yang lebih dulu waktunya. Jadi, bila selesai dengan shalat Zuhur, harus dilanjutkan dengan solat Ashar; begitu pula dengan solat Maghrib dan Isya. Solat Jama boleh dikerjakan oleh orang-orang yang:
Harus ada niat dalam hati bahawa ia
mengerjakan solat Jama'.
Shalat Qasar Yang dimaksud dengan solat Qashar ialah mengerjakan solat yang empat rakaat menjadi 2 rakaat sahaja, yakni solat Zhuhur, Ashar, dan Isya. Dalam Al Quran disebutkan:
"Dan apabila kamu
bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalatmu jika
kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu
adalah musuh yang nyata bagimu". (An Nisa 101).
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan
Abu Dawud dari Yahya bin Mazid r.a. katanya:
"Saya telah bertanya
kepada Anas tentang mengqashar shalat. Jawabnya: Rasulullah
s.a.w. "Apabila ia berjalan jauh 3 mil atau 33 farskah (25,92 km),
maka beliau solat dua rakaat"
Dalam keterangan lain disebutkan bahwa Umar r.a. bertanya kepada Rasulullah s.a.w. :"Apakah halnya kita, sedangkan kita telah aman". Rasulullah s.a.w. menjawab: "Itu adalah sadakah yang diberikan Allah s.w.t. kepada kamu, maka terimalah sedekahnya itu" (HR Ja'la bin Umayyah) Solat Qashar boleh dikerjakan oleh seseorang yang tengah berpergian (musafir) baik dalam keadaan aman, maupun dalam keadaan ketakutan; baik perjalanan wajib atau biasa, asalkan perjalanan yang bukan maksiat. Dalam perjalanan Haji, menuntut ilmu, berdagang, mengunjungi sahabat dan lain-lain, halal untuk mengqasharkan solat. Adapun solat qashar saja, maupun qasahar dan jama' yang dilakukan seseorang selama masa perjalanan, maka setelah ia tiba dirumah kembali, solatnya tidak perlu diulangi. Seorang musafir, boleh mengerjakan jama' dan qashar sekaligus. Bila ingin mengerjakan jama, dan qashar, jika ingin azan, maka azannya cukup satu kali saja dan iqamahnya dua kali. Caranya, mula-mula azan, lalu iqamah dan solat. Bila telah selesai ia iqamah sekali lagi untuk solat berikutnya. Solat qashar adalah bagian dari ketetapan agama Islam. Boleh jama' di dalam negeri "Telah berkata Ibnu Abbas: Rasulullah s.a.w. pernah sembahyang jama' antara Zuhur dan Ashar, dan antara Maghrib dan Isya, bukan diwaktu ketakutan dan bukan di dalam pelayaran (safa). Lantas ada orang bertanya kepada Ibnu Abbas: "Mengapa Rasulullah s.a.w. berbuat begitu? Ia menjawab: "Rasulullah s.a.w. berbuat begitu kerana tidak mahu memberatkan seorangpun daripada umatnya". (HR Imam Muslim) Boleh Seketika, Tetapi Bukan Leluasa Bila anda berpergian sebelum tergelincir matahari (yaitu sebelum Zuhur dan ternyata Zuhur tidak dapat dikerjakan pada waktunya kerana ada kerumitan atau halangan yang susah dielakkan), maka Zuhur dapat dikerjakan pada waktu Ashar, bersama-sama dengan solat Ashar. Bila anda keluar sesudah tergelincir matahari, yakni sudah dalam Zuhur, sedangkan anda sendiri memperkirakan tidak mungkin ada kesempatan untuk mengerjakan solat Ashar tepat pada waktunya, maka Ashar dapat anda kerjakan bersama-sama solat Zuhur di waktu Zuhur itu juga, demikian halnya dengan solat Maghrib dan Isya. Yang Penting Niat Bagi seorang yang betul-betul sibuk dengan tugas yang tidak dapat ditinggalkan (atau bila ditinggalkan dapat merosak), maka baginya ada keizinan/keringanan untuk mengerjakan solat jama' (Zuhur dengan Ashar di waktu Zuhur atau Zuhur dengan Ashar di waktu Ashar. Begitu juga Maghrib dengan Isya, sekali pun ia berada di dalam kota atau negeri. Tetapi, cara yang demikian bukanlah untuk dijadikan kebiasaan, namun dibenarkan bagi yang memang memerlukan, baik dalam solat atau diluar solat.
Pada waktu sujud dianjurkan membaca:
Sajada wajhiya lilladzii khalaqahu wasyaqqa sam'ahu wabasharahu bihawlihi waquwwatihi. (Aku bersujud kepada Allah yang menciptakannya, memberikan pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya) Catatan: Bila diluar solat, pembacaan ayat yang ditentukan melakukan sujud tilawah, maka pendengar (menyaksikan) dianjurkan ikut bersujud; bila mereka tidak ikut bersujud, maka tidak akan berdosa. Bila dalam solat jamaah, Imam bersujud tilawah, maka makmum wajib ikut bersujud, bila makmum tidak bersujud, maka gugurlah kedudukannya sebagai anggota solat berjamaah. |
Solat Berjamaah
|
Solat berjamaah adalah solat yang dilakukan secara bersama,
dipimpin oleh yang ditunjuk sebagai imamnya. Solat-solat yang bisa dikerjakan
berjamaah adalah:
Cara Melakukan
Berniat dalam hati bahawa
ia menjadi makmum atau iman. Adapun seseorang yang pada mulanya solat
sendirian, kemudian ada orang lain yang mengikuti di belakangnya, baginya
tidak dituntut sebagai imam.
Makmum tidak dibenarkan
mendahului imam, baik tempat berdirinya maupun gerakannya selama solat
berjama'ah berlangsung. Makmum diharuskan mengikuti sikap/gerak imam, tidak
boleh terlambat apa lagi sampai tertinggal hingga dua rukun solat.
Apabila makmum menyalahi
gerakan imam (sengaja tidak mengikutinya) maka putuslah arti jama'ah baginya;
dan ia disebut mufarriq.
Antara imam dan makmum
harus berada dalam satu tempat yang tidak terputus oleh sungai atau tembok
mati kerana itu berjamaah melalui radio atau seumpamanya dalam jarak jauh,
tidak memenuhi syarat berjamaah.
Imam hendaklah orang yang
berdiri sendiri, bukan orang yang sedang makmum kepada orang lain. Selain
itu, imam hendaklah seorang laki-laki. Perempuan hanya dibenarkan menjadi
imam sesama perempuan dan anak-anak.
Solat berjamaah
hukumnya sunnah muakkad yaitu sunnat yang sangat
dianjurkan. Perbedaan nilai solat berjamaah, 27 kali lebih baik daripada
solat sendirian (munfarid). Solat berjamaah paling sedikit adalah adanya
seorang imam dan seorang makmum.
Bila seseorang terlambat
mengikuti solat berjamaah, hendaklah ia segera melakukan takbiratul ihram,
lalu berbuat mengikuti imam sebagaimana adanya. Bila imam sedang duduk,
hendaklah ia duduk, bila iamam sedang sujud iapun harus sujud; demikian
seterusnya. Apabila imam sudah memberi salam, hendaklah ia bangun kembali
untuk menambah kekurangan raka'at yang tertinggal dan kerjakanlah hingga
raka'atnya memenuhi.
Ukuran satu rakaat solat
ialah ruku'. Bila seseorang mendapatkan imam ruku dan dapat mengikutinya
dengan baik, maka ia mendapatkan satu rakaat bersama imam.
Rasulullah s a.w. bersabda: "Apabila
seseorang di antara kamu mendatangi shalat, padahal imam sedang berada daam
suatu sikap tertentu, maka hendaklah ia berbuat seperti apa yang sedang
dilakukan oleh imam". (HR Turmudzi dan Ali r.a. )
Hikmah Berjamaah
Solat berjamah mengandung
faedah dan manfaat yang bervariasi sesuai dengan kepentingan umat dan zaman.
Melalui jamaah, silaturahmi antar umat, disiplin, dan berita-berita kebajikan
dapan dikembangkan dan disebarkan luaskan.
Rasulullah s a.w. bersabda: Solat
berjamaah itu lebih utama nilainya dari solat sendirian, sebanyak dua puluh
tujuh derajat" (HR Bukhari dan Muslim).
Imam (Ikutan)
Imam adalah ikutan,
demikian pengertiannya. Untuk menjadi seorang imam diperlukan beberapa
persyaratan yang mengikat. Misalnya memiliki usia yang lebih tua atau
dituakan, memiliki pengetahuan tentang Al Quran dan hadits Rasulullah
s a.w., memiliki keindahan bacaan dengan ucapan yang fasih (kalau di
zaman Rasulullah s a.w., peribadi-peribadi yang lebih dahulu
hijrah diperhatikan untuk menjadi imam.
Kerana imam adalah
ikutan, maka pemilihan pribadi amat diperhatikan. Pro dan kontra yang
berlebihan atas seseorang imam kerana dosa besarnya yang menonjol, pasti akan
membubarkan jamaah. Adapun dalam kesalahan umum, maka semua manusia tidak
suci dari dosa. Seorang yang biasa menjadi imam, maka tidak ada salahnya
untuk sewaktu-waktu ia berada di belakang imam yang lain. Walau dia sendiri
mungkin lebih baik dari imam yang bersangkutan.
"Dari Abdullah bin
Masud, dia berkata: Rasulullah s a.w. bersabda: "Menjadi
Imam dari suatu kaum ialah mana yang lebih baik bacaan Al Qur'annya. Bila
semuanya sama bagusnya, hendaklah imamkan mana yang paling alim (banyak tahu)
akan sunnah Rasul. Kalau semuanya sama alim tentang sunnah Rasul, maka
dahulukan mereka yang lebih dulu hijrah. Kalau mereka sama dahulu hijrah,
maka iammkanlah mereka yang lebih tua usianya" (HR Imam Ahmad dan
Muslim, dari Abdullah bin Mas'ud).
"Kalau mereka ada
bertiga, hendaklah diimamkan seorang. Yang lebih berhak menjadi imam ialah
yang lebih banyak bacan (tahu tentang bacaan Al Qur'annya)". (HR Imam
Muslim, Ahmad dan Nasa'i dengan sumber Abi Said Al-Khudry).
"Tidaklah halal
bagi seorang mukmin yang imam kepada Allah s.w.t. dan hari akhir yang
mengimami sesuatu kaum kecuali atas izin kaum itu. Dan janganlah ia
mengkhususkan satu do'a untuk dirinya sendiri dengan meninggalkan mereka.
Kalau ia berbuat demikian, berkhianatlah ia kepada mereka". (HR Abu Daud
dari Abu Hurairah)
Keadaan Shaf
Solat salah satu ibadah
yang menghubungkan peribadi kepada Allah s.w.t., dan juga
mengatur hubungan sesama manusia. Solat yang baik mendatangkan tamsil yang
indah dan berguna.
Shaf yang baik akan
menghemat tempat, merapikan barisan dan kesatuan jamaah serta mendatangkan
nilai tambah bagi ibadah itu sendiri, bahkan menjadi cermin disiplin
kehidupan dan pergaulan.
Rasulullah s a.w. bersabda:
"Aturlah shaf-shaf kamu dan dapatkanlah jarak antaranya, ratakanlah
dengan tengkuk-tengkuk". (HR Imam Abu Dawud dan An Nasa'i disahihkan
Ibnu Hibban dari Anan).
Sering orang mengira bahawa
shaf yang baik adalah shaf yang dilakukan secara santai-lapang. Tidaklah
demikian sebenarnya.
Untuk Shaf yang Baru
Bila shaf terisi penuh,
maka mulailah dengan shaf yang baru dari arah sebelah kanan. Bila yang
terbelakang hanya seorang diri, maka usahakanlah ia dapat masuk shaf yang
sudah ada; atau tariklah seorang anggota shaf yang ada untuk menemaninya
(yang ditarik pasti mahu, andaikan ia mengerti tata tertibnya).
Shaf Kaum Wanita
Shaf kaum wanita
sebaiknya terletak di belakang shaf kaum lelaki, sementara shaf anak-anak
berada di tengah; demikian bila dimungkinkan. Bila tidak, shaf makmum lelaki
dan wanita bisa diatur secara sejajar; atau mungkin tercampur sama sekali,
bagaikan jamaah musim haji di masjidil Haram, Makkah. Shaf yang bercampur
baur sebenarnya kurang baik, bahkan mudah mengandung fitnah; sementara solat
itu sendiri mencegah kekejian dan kemungkaran, yang akan mendatangkan fitnah,
apalagi jika melakukan solat.
Rasulullah s a.w. bersabda:
"Sebaik-bauknya shaf kaum lelaki itu di depan, dan seburuk-buruknya
ialah di bagian belakangnya, dan sebaik-baiknya shaf kaum wanita itu ialah
pada bagian akhirnya dan sejelek-jeleknya ialah di bagian depannya". (HR
Imam Muslim dari Abu Hurairah).
Pengganti Imam
Bila solat berjamaah,
sebaiknya orang yang di belakang imam adalah mereka yang merasa dirinya siap
sebagai pengganti, bila tiba-tiba imam mendapat halangan, umpamanya batal,
jatuh sakit, lupa ingatan, terlupa rukun dan sebagainya. Apabila seseorang
solat di sebuah masjid di luar asuhan atau daerahnya sendiri, maka dia tidak
boleh langsung bertindak menjadi imam, kecuali bila diminta. Mungkin saja
disana sudah ada jadwal imam tetap. Begitu pula bila ia bertamu, kerana yang
paling hak menjadi imam adalah tuan rumah sendiri, kecuali bila ia diminta.
Imam Yang Arif
Diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a. bahawa Rasulullah s a.w. bersabda:
"Manakala seseorang di antara kamu solat bersama-sama orang banyak,
maka hendaklah ia meringankan (memendekkan) bacaan surat atau ayat-ayatnya.
Mungkin ada diantara jamaah yang tidak tahan lama berdiri, ada yang sakit,
atau ada yang sudah tua. Dan manakala seseorang dari kamu itu solat
sendirian, maka silakan ia memanjangkan bacaan sekehendaknya". (HR
Bukhari dan Muslim).
Khutbah dipendekkan dan
solat diperpanjang, demikian petunjuk Rasulullah s a.w. Di
pejabat, pekerja dibatasi oleh waktu, maka khutbah yang pendek sangat tepat
dan bermanfaat. Khutbah yang seakan-akan cerita bersambung, membosankan,
akhirnya jama'ah berbual dan mengantuk.
Ringkasan
|
Solat Sunnat Istikharah
|
Solat ini dilakukan untuk mendapatkan petunjuk, terutama bila
seseorang dalam keraguan memutuskan mana yang terbaik diantara dua perkara
yang diragukan.
Sebelum seseorang mengambil keputusan ia dianjurkan solat istikharah dua rakaat. Setelah selesai shalat, berdoa seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW:
Allaahumma inni
astakhiiruka bi'ilmika , wa astaqdiruka biqudratika wa as aluka min fadhlikal
azhiim. Fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wata'lamu wa laa a'lamu, wa anta
allaamul ghuyuub.
Allaahumma inkunta ta'lamu anna haadzal amra khairun lii fii diinii wama'aasyii wa 'aaqibati amrii, 'aajili amrii wa aajilihi faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarikliifiihi. Wa inkunta ta'lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma'aasyii wa 'aaqibatu amrii 'aajili amrii wa aajilihi fashrif annii washrifni 'anhu waqdur liyal khairahaytsu kaana tsumma ardhinii bihi, innaka 'alaa kulli syai-in qadiir "Ya Allah, sesungguhnya aku mohon pilihan-Mu dengan ilmu-Mu, dan aku mohon kepastian kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, Engakau Maha Tahu dan Maha Mengetahui segala yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui urusan ini baik bagiku, untuk agamaku, untuk penghidupanku dan akhir kesudahannya kelak, maka takdirkanlah dia bagiku dan mudahkanlah dia bagiku, kemudian berilah dia berkah bagiku. Dan apabila Engkau mengetahui pekerjaan itu buruk bagiku, untuk agamaku, untuk penghidupanku dan akhir kesudahannya kelak, maka singkirkanlah dia daripadaku dan hindarkanlah aku daripadanya. Takdirkanlah hal-hal yang baik bagiku dimana kebajikan itu berada, kemudian berilah aku menyenanginya"
Tata Cara Shalat
Istikharah
Tata cara solat istikharah sama dengan solat subuh, Hanya niatnya saja yang berlainan, yaitu berniat solat istikharah. Bila mungkin laksanakan sesudah lewat tengah malam, setelah bangun tidur. Solat ini sangat peribadi sifatnya. Sebab itu harus dikerjakan sendirian. Solat ini tidak memakai azan atau iqamah. Dalam berdoa sebaiknya menyebutkan permintaan yang ingin diberikan petunjuk oleh Allah s.w.t. misalnya: "Ya Allah, jika Engkau mengetahui urusan ini....(sebutkan namanya)" |
Solat-solat Sunnat Lainnya
|
Solat Safar
Apabila seseorang hendak berpergian, sebelum meninggalkan rumah, ia dianjurkan mengerjakan solat safar dua rakaat; demikian pula sesudah tiba di rumah kembali. Caranya sama dengan mengerjakan solat subuh, hanya niatnya berlainan, yaitu berniat solat safar sunnat kerana Allah s.w.t.. Selesai solat berdoalah agar perjalanan diridhai, dimudahkan dan diselamatkan Allah s.w.t. dalam perjalanan, baik pribadi, tugas maupun keluarga yang ditinggalkan. Solat Tahiyatul Masjid Bila seseorang masuk ke masjid, maka sebelum ia duduk atau melakukan sesuatu yang lain, lebih dulu dianjurkan mendirikan solat tahiyatul masjid(menghormati masjid) sebanyak dua rakaat. Caranya sama dengan solat sunnat yang lain, hanya niatnya saja yang berbeda. Solat Dhuha Solat Dhuha dilakukan pagi hari antara jam 6.30 hingga jam 11.00 . Bilangan rakaatnya sekurang-kurangnya dua rakaat dan sebanyak-banyaknya 8 rakaat. Caranya setiap dua rakaat, satu salam. Solat Thuhur Solat ini dikerjakan sesudah mengambil air wudhu. Kalau di masjid, sebaiknya dilakukan sesudah solat tahiyatul masjid. Caranya seperti mengerjakan solat sunnat yang lainnya. Solat Intizhar Solat Intizhar (solat menunggu atau sunat Mutlaq) dapat dikerjakan pada setiap saat; terlepas dari keterikatan seperti solat sunnat yang lain. Pada hari Jum'at menjelang khatib naik mimbar, atau pada kesempatan yang hampir serupa. Solat Intizhar tidak boleh dikerjakan lagi bila khatib sudah naik mimbar. Caranya seperti mengerjakan solat subuh juga, setiap dua rakaat satu kali salam. Boleh dikerjakan satu kali atau lebih. Solat Syukur Solat ini biasanya dikerjakan apabila setelah berhasil menaklukkan musuh, mengerjakan pekerjaan besar, memperoleh keuntungan besar, seperti lulus ujian dan sebagainya. Bilangan rakatnya boleh 2, 4, 6 atau 8 dan dikerjakan terus menerus dengan hanya satu kali salam pada rakaat terakhir. Solat Sunnat Jum'at Selesai solat Jum'at, kita dianjurkan melakukan solat empat rakaat atau dua rakaat, dengan niat solat sunat Jum'at. Rasulullah s a.w. bersabda: "Apabila anda sudah selesai solat Jum'at maka hendaklah kamu solat sesudahnya empat rakaat" (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah) Dalam hadits lain juga disabdakan: "Bahwa Rasulullah s a.w. tidak mengerjakan solat sunnat sesudah Jum'at sehingga ia pulang ke rumahnya, maka beliau solat dua rakaat dirumahnya". (Hr Imam Muslim dan Ibnu Umar r.a.) |
Solat Sunnat Istisqa (Minta Hujan)
|
Pada musim kemarau panjang, kita dianjurkan melakukan solat
Istisqa (solat minta hujan). Seluruh anggota masyarakat, lelaki dan
wanita, tua muda, anak-anak, dan orang tua lemah pun kalau perlu didukung dan
diikutsertakan; berkumpul di satu kawasan lapang, semua berpakaian yang biasa
dipakai kerja. Jama'ah dengan rendah hati, khusyu, dan bersungguh-sungguh
mengharap ridha Allah s.w.t.
Khatib naik mimbar atau berdiri di tempat ketinggian, lalu memulai berkhutbah dengan puji-pujian kepada Allah s.w.t., dua kalimah syahadah dan shalawat kepada Rasulullah s a.w.. Kandungan khutbah mengajak umat bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah s.w.t, lalu mengajukan permohonan kepada-Nya, semoga Dia menurunkan hujan. Sebaiknya beberapa hari menjelang solat istisqa dilakukan, pemuka umat sudah berbuat menasihati, menginsyafkan umat serta berpuasa bersama-sama selama empat hari berturut-turut dan mengajak berlumba-lumba membuat kebajikan. Doa meminta hujan:
Alhamdulillahi rabbil
aalamiim. Arrahmaanirrahiim.
Maalikiyaumiddiin. Laailaaha illallaahu ya'alu maa yuriid. Allaahumma antallaahu laa ilaahaa illallaahu antal ghaniiyyu wa nahnul fuqaraa-u anzil alainal ghaytsa waj al maa anzalta lanaa quwwatan wa balaaghan ilaahiin. "Segala puji bagi Alah, pemelihara alam semesta. Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan yang memiliki hari pembalasan. Tidak ada Tuhan selain Allah. Allah berwenang berbuat sekehendak-Nya. Ya Allah, Engkaulah Tuhan, Tiada Tuhan selain Engkau yang Maha Kaya, dan kami berhajat kepada Engkau. Curahkanlah hujan kepada kami, dan jadikanlah apa yang Engkau turunkan itu menjadi kekuatan bagi kami hingga masa-masa selanjutnya".
Lalu khatib menadahkan
kedua tangannya ke langit seraya membalikkan diri, membelakangi jama'ah dan
menghadap kearah kiblat, dengan segala kerendahan hati ia memohon
kepada Allah s.w.t., sementara jamaah mengaminkannya. Kemudian
khatib menghadap kembali kepada orang banyak, lalu turun dari mimbar
untuk melakukan solat dua rakaat dengan para jamaah. Solat ini tidak
memerlukan azan dan iqamah. Sebaiknya sesudah membaca Al
Fatihah pada rakaat pertama, imam membaca surat Al
A'la dan sesudah Al Fatihah pada rakaat
kedua, imam membaca surah Al Ghasyiyah.
|
Shalat Sunnat Rawatib
|
Solat sunnat
rawatib biasa juga disebut sunnat Qabliyah dan sunnat
Ba'diyah. Dinamakan demikian kerana solat sunnat ini dilaksanakan
sebelum dan sesudah solat wajib yang lima waktu, ia merupakan pendamping atau
pelengkap bagi solat yang bersangkutan.
Sebelum Zuhur kita dianjurkan (disunnatkan) mengerjakan solat Qabliyah dua rakaat. Bila mungkin dan cukup waktu kerjakan dua rakaat lagi. Setelah selesai solat Zuhur, dianjurkan pula mengerjakan solat Ba'diyahnya dua rakaat, bila mungkin, kerjakan dua rakaat lagi. Jadi sunat rawatib bagi solat Zuhur; Qabliyah 2+2 dan Ba'diyah 2+2 rakaat. Adapun solat sunnat rawatib bagi shalat Ashar, Qabliyah (sebelum Ashar) empat rakaat, sekurang-kurangnya dua rakaat (untuk Ashar tidak ada rawatib Ba'diyahnya). Untuk solat Maghrib kita boleh melakukan solat sunnat Rawatib Ba'diyah sebanyak dua rakaat (Maghrib tidak ada Rawatib Qabliyahnya). Untuk Isya, dua rakaat Qabliyah dan dua rakaat Ba'diyah. Adapun untuk solat Shubuh, hanya ada dua rakaat sebelumnya (Qabliyah).
Cara mengerjakan solat sunnat rawatib
ini sama halnya dengan cara mengerjakan solat Subuh, hanya niatnya yang
berbeda. Untuk solat rawatib Zuhur, berniat mengerjakan solat sunnat rawatib
Qabliyah atau Ba'diyah dan dikerjakan dengan cara sendiri-sendiri
(Munfarid, tidak berjamaah).
|
Solat Sunnat Tahajjud dan Witir
|
Solat Tahajjud ialah
solat malam, atau biasa disebut Shalatul Lail. Waktunya lewat
tengah malam, dan sebaiknya dikerjakan setelah tidur terlebih dahulu.
Bilangan rakaatnya sebelas rakaat; yakni 8 rakaat + 3 rakaat sunnat
witir.
Ayat-ayat yang dibaca
sesudah Al Fatihah boleh dipilih sendiri. Biasanya
ayat-ayat yang dipahami maknanya akan lebih berkesan dan mudah dihafal. Bagi
yang belum hafal, dapat membaca pada rakaat pertama surat Al
Ashar serta Al Kautsar; atau
ayat-ayat pendek lainnya.
Melalui solat malam, seseorang dapat meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah s.w.t.. Firman Allah s.w.t.: "Dan pada sebagian malam tahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji". (Al Isra : 79). Solat Witir Witir artinya ganjil. Dinamakan Solat Witir, kerana bilangan rakaatnya yang selalu ganjil; yaitu boleh 1 rakaat, 3, 5, 7, 9 atau 11 rakaat. Boleh dikerjakan dua-dua, terakhir 3 rakaat 1 tahiyyat 1 salam. Solat witir dilakukan setelah solat Isya hingga menjelang fajar (shubuh). Ia dapat dikerjakan sebagai pelengkap solat Tahajjud atau solat Tarawih; ia layaknya sebagai penutup segala solat yang dilakukan hingga menjelang Subuh. Misalnya seseorang yang memperkirakan peribadinya tak akan terbangun mengerjakan solat Tahajjud lagi, maka ia dapat mengerjakan solat witir langsung sesudah mengerjakan solat Isya. Pada setiap rakaat solat witir, selain membaca Al Fatihah kita dapat pula memilih beberapa ayat atau salah satu dari Al Quran. |
Solat Tarawih
|
Solat Tarawih dalam
bulan Ramadhan ialah solat Tahajjud atau shalatul
lail yang dilakukan pada malam-malam bulan lainnya. Sesudah membaca
Al Fatihah pada setiap rakaat, lalu membaca ayat-ayat atau surah dari Al
Quran . Bilangan rakaat shalat Tarawih sesuai sunnah Rasulullah
s a.w.ialah 11 rakaat; terdiri dari 8 rakaat solat Tarawih dan 3 rakaat
solat Witir. Sementara Umar bin Khatab r.a. mengerjakannya 20 rakaat dengan
ditambah witir 3 rakaat. Solat tarawih termasuk sunnah muakkad, boleh
dikerjakan dengan berjamaah boleh juga sendiri.
Menurut pendapat Al Ghazali, dalam bukunya "Rahasia-rahasia Shalat", walaupun dapat dikerjalan sendiri tanpa berjamaah, solat Tarawih yang dilakukan secara berjama'ah lebih afdhal, sama seperti pendapat Umar r.a., mengingat bahawa sebagian solat nawafil telah disyariatkan dalam jama'ah, maka yang ini pun pantas dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Sedangkan alasan kekhawatiran timbulnya riya bila berjamaah, atau pun kemalasan bila sendirian, sudah jelas menyimpnag dari tujuan keutamaan berkumpul dalam suatu jama'ah. Barangkali, orang yang berpegang pada alasan tersebut ingin berkata bahawa melakukan solat lebih baik daripada meninggalkannya kerana malas, dan bahawa kemalasan (bila sendirian) lebih baik daripada riya (jika solat jamaah). Demikian menurut Al Gazhali. Cara Mengerjakan 2x4 rakaat + Witir, yaitu setiap 4 rakaat 1 kali salam, ditambah dengan witir 3 rakaat 1 kali salam. 4x2 rakaat + 3 rakaat witir, yaitu setiap 2 rakaat 1 kali salam, ditambah dengan witir 3 rakaat 1 kali salam. Waktu solat Tarawih ialah sejak selesai solat Isya hingga terbit fajar |
Solat Ied (Idul Fitri)
|
Islam memiliki dua hari raya iaitu Hari raya Fitri 1 Syawal dan
Ied Adha 10 Dzulhijjah (Hari Raya Kurban atau Hari Raya Haji).
Cara mengerjakannya hampir sama dengan solat Jum'at yaitu dua rakaat. Bedanya, pada solat Ied, takbir awal pada rakaat pertama sebanyak 7 kali, dan takbir pada rakaat kedua sebanyak 5 kali, dan khutbah Ied dilakukan sesudah shalat. Solat Ied & Idul Adha :
Bacaan setiap sesudah
takbir
Subhaanallaah wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar. ("Maha suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah dan Allah itu Maha Besar") Sunnat memperbanyak lafaz takbir pada malam dan sepanjang Hari Raya Fitri. Pada Ied Adha, lafaz takbir hanya dikumandangkan pada malam dan paginya menjelang usai khutbah. Waktu-waktu berikutnya dilakukan pada kesempatan solat fardhu termasuk pada hari-hari Tasyriq. Lafazh berbunyi: Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar allaahu akbar walillaahil hamd. Allahu akbar kabiira walhamdulillahi katsiira wa subhaanallaahi bukratan wa ashiila. Laa ilaaha illallaahu wahdah, shadaqa wa'dah, wanashara 'abdah, wa hazamal ahzaaba wahdah. Laa ilaaha illallaahu walaa na'budu illa iyyaahu mukhlishiina lahuddiina walau karihal kaafiruun. "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi Allah segala puji, Allah Maha Besar, Maha Agung, dan segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, dan Maha Suci Allah pagi dan petang, tidak ada Tuhan selain Allah sendiri saja, Maha Benar Janji-Nya, Maha Penolong akan hamba-Nya, dan menghalau pasukan-pasukan musuh sendiri-Nya saja. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya saja, mengikhlaskan agama bagi-Nya sekalipun tidak disukai orang-orang kafir ". Bagi mereka yang terlambat tiba di tempat solat dan mendapati imam sedang solat, ia jangan berbalik pulang, tetapi bergabunglah dan ikutilah, kemudian tambahilah sebanyak rakaat yang tertinggal. Apabila mereka mendapati jamaah telah selesai solat, maka kerjakanlah solat Ied sebanyak dua rakaat; jangan ragu, jangan malu dan kerjakanlah hingga selesai. Bila selesai solat Ied duduklah dan dengarlah khutbah dengan khidmat. Disunnatkan mendengar khutbah dengan khidmat dan jangan meninggalkan lapangan sebelum khatib turun dari mimbar, kecuali kerana hal-hal yang sangat memaksa. Bagi kaum wanita yang dalam keadaan haid, mereka dianjurkan ikut ke lapangan, ambil tempat di bagian pinggir, lalu mendengar khutbah, demi syiarnya Islam. Bacaan setiap sesudah takbir berbunyi: "Subhaanallaah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar" ("Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.") |
Solat Sunnat Hajat
|
Solat hajat dilakukan untuk memperkuat cita-cita seseorang atau
sekelompok orang. Solat hajat boleh dikerjakan siang maupun malam hari. Malam
hari, waktu tengah malam, suasana lebih berkesan, lebih khusyu, sunyi dari
segala hingar bingar kehidupan. Ia boleh juga dikerjakan siang hari, istimewa
bagi seseorang yang memang sedang memerlukan bantuan .
Solat hajat boleh dikerjakan dua rakaat dan boleh pula lebih. Pada halaman ini akan ditampilkan solat hajat yang berjumlah 12 rakaat. Tersebut dalam buku Tuhfatudz Dzaakirin karangan Imam Al Ghazali, bahwa Rasulullah s.a.w. menerangkan :
"Engkau solatlah dua
belas rakaat siang atau malam, dan setiap dua rakaat bacalah Tasyahud (Tahiyat
dengan dua kalimah syahadat). Ketika engkau duduk yang terakhir dalam solat
itu panjatkanlah puja puji kepada Allah Ta'ala, lalau salawat
kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan kemudian bacalah takbir lalu
sujud. Di dalam sujud itu bacalah olehmu: Surah Al Fatihah 7 kali,
Ayat Al Kursi 7 kali, Surah Al Ikhlas 7 kali, dan lanjutkanlah dengan tahlil
10 kali.
Lafazh tahlil tersebut ialah: Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa alaa kulli syai-in qadiir "Tidak ada Tuhan selain Allah sendiri-Nya saja, tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya lah kekuasaan dan miliknya segala puji. Dia yang menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala-galanya" Setelah itu lanjutkan dengan membaca doa berikut ini: Allaahumma innii as aluka bima aaqidil azzi min arsyika wa muntahar rahmati min kitaabika, wasmikal a'zhami, wajaddikal a'laa, wa kalimaatikat tammah. "Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kedudukan yang amat tinggi, rahmat serta anugerah yang tiada henti-hentinya dari ketentuan-Mu, dan dengan nama-Mu yang Maha Agung, dan kebesaran-Mu yang amat tinggi, serta firman-Mu yang Maha Sempurna. Setelah selesai membaca doa, bermohonlah kehadirat-Nya segala sesuatu yang engkau kehendaki; baik kebajikan dunia maupun kebajikan akhirat. Kemudian duduk kembali dan mengucapkan salam. |
Solat Sunnat Gerhana
|
Kita mengenal gerhana matahari dan gerhana bulan. Zaman Rasulullah
s.a.w., pernah terjadi gerhana matahari dan bertepatan dengan kematian
putera beliau, Ibrahim. Masyarakat berkomentar dan menghubungkan gerhana
tersebut dengan kematian putera tercinta Rasulullah s.a.w. Kerana
pendapat yang keliru itu akan membawa kesyirikan, maka Rasulullah
s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya
matahari dan bulan itu kedua-duanya adalah sebagian dari tanda-tanda
kebesaran Allah. Tidaklah terjadi gerhana karena matinya
seseorang dan tidak pula kerana lahirnya. Apabila kamu telah menyaksikannya
maka berdoalah kepada Allah dan solatlah kamu hingga cuaca
telah terang kembali."
Cara Solat Gerhana
Ada beberapa cara mengerjakan solat gerhana pengamalan zaman Nabi Muhammad s.a.w.: 1. Dikerjakan dengan 2 rakaat sebagaimana solat sunnat biasa 2. Dikerjakan 2 rakaat, yang pada setiap rakaat ruku'nya dilakukan dua kali, yaitu sesudah membaca Al Fatihah dan surah, lalu ruku. Bangun i'tidal, lalu membaca Al Fatihah dan surah lalu ruku yang kedua. Kemudian i'tidal lagi dengan tu'maninah barulah melakukan sujud yang pertama, duduk antara dua sujud, lalu sujud yang kedua, kemudian bangkit berdiri untuk rakaat yang kedua. Pada rakaat yang kedua ini, ruku dilakukan dua kali seperti pada rakaat yang pertama. Kemudian diakhiri dengan tahiyat. Solat gerhana dapat dikerjakan secara berjamaah. Sebaiknya setelah solat dilakukan khutbah seperti pada solat hari raya. Isinya diarahkan kepada hal-hal yang bermanfaat, seperti anjuran taubat, sedekah, persatuan, amar ma'ruf nahi munkar; dan jangan lupakan keterangan tentang gerhana itu sendiri. "Abdullah bin Amr bin Ash r.a. berkata; "Ketika terjadi gerhana di masa Nabi Muhammad s.a.w maka diserukan: "Ash-shalaatu jaami'ah (tegakkanlah solat berjamaah)". Kemudian (di dalam solat) Nabi Muhammad s.a.w. ruku dua kali dalam satu rakaat. Pada rakaat kedua Nabi Muhammad s.a.w ruku dua kali pula. Kemudian duduk dan selesai. Matahari sudah terang kembali. Siti Aisyah berkata: "Belum pernah saya sujud lama, seperti lamanya sujud solat gerhana itu". (Hr Bukhari dan Muslim). 3. Dikerjakan dengan dua rakaat, tetapi pada tipa-tiap rakaat dilakukan 3 kali ruku dan 2 kali sujud. 4. Dikerjakan 2 rakaat, tetapi tiap-tiap rakaatnya dilakukan 4 kali ruku dan 2 kali sujud. Gerhana Penuh Gerhana itu ada yang penuh , ada yang separuh, dan ada yang hanya sedikit saja. Untuk orang yang mengerti tentang susunan bintang atau ilmu falak, kejadian gerhana sangat mudah dipahami secara ilmiah dan iman. |
|
||||
Fardhu dan Sunnah Solat
|
Membedakan antara Perbuatan Fardhu dan Sunnah
Shalat
Semua hal yang telah
disebutkan senelum ini mencakup hal-hal yang fardhu (diwajibkan), sunnah (yang
dianjurkan), adab dan hai-at (kesempurnaan bentuk). Orang yang ingin
melintasi jalan akhirat (dengan aman dan benar) selayaknya memperhatikan itu
semua.
Rukun-rukun shalat
(Fardhu Solat)
Adapun niat keluar dari
solat (pada waktu telah selesai), tidaklah wajib. Demikian pula segala
sesuatu, selain yang tersebut di atas, tidak wajib dikerjakan, tetapi hanya
berupa sunnah serta hai-at.
Hal-hal yang Disunnahkan
Dikatakan sunnat atau
sunnah, kerana ia baik untuk dikerjakan seperti teladan yang diberikan
oleh Rasulullah s.a.w. Bila hal tersebut tidak dikerjakan (ada
halangan atau sengaja ditinggalkan), maka tidak akan berdosa atau membatalkan
solatnya.
a. Sunnah-sunnah yang
berupa perbuatan atau gerakan
1. Mengangkat kedua
tangan ketika Takbiratul Ihram
2. Melipat kedua belah
tangan ke dada dengan meletakkan tangan kanan di atas yang kiri ketika
berdiri membaca Al Fatihah.
3. Ketika bergerak untuk
ruku, dan
4 Ketika berdiri
kembali setelah ruku.
5. Meletakkan kedua
telapak tangan pada kedua lutut ketika ruku.
6. Duduk untuk tasyahud
pertama.
Adapun perincian cara
membuka jari tangan dan batas mengangkatnya, semuanya itu termasuk hai-at
(kesempurnaan bentu) yang bertalian dengan sunnah tersebut, yakni pada saat
takbiratul ihram, ruku dan i'tidal. Demikian pula, cara duduk dalam tasyahud
pertama dan terakhir (seperti telah diterangkan sebelum ini) adalah hai-at,
bertalian dengan duduk dalam solat. Menundukkan kepala dan tidak mendongak ke
kanan ke kiri termasuk hai-at, bertalian dengan fardhu berdiri dalam salat.
Akan tetapi duduk istirahat (antara dua sujud), menurut Al Gazhali dalam
buku "Rahsia-rahsia Solat" yang menjadi rujukan
tulisan ini, tidak termasuk ke dalam pokok-pokok sunnah dan
perbuatan-perbuatan solat. Sebab, duduk istirahat tersebut hanya merupakan
semacam pelengkap dalam berpindah dari sujud ke berdiri. Kerana itu, tidak
disebutkan secara khusus dalam pokok-pokok sunnah.
b. Sunnah-sunnah yang
berupa bacaan dan doa
1. Membaca Doa iftitah
(Yaitu do'a sesudah takbiratul ihram, sebelum membaca Al Fatihah).
2. Membaca Ta'awwudz
(a'uudu billaahi minasy syaithaanir rajiim, sebelum membaca Al Fatihah).
3.Mengucapkan amiin
selesai membaca Al Fatihah.
4. Membaca surah-surah
atau ayat-ayat dari Al Quran sesudah Al Fatihah. Selain itu, mengeraskan
bacaan Al Fatihah dan ayat-ayat atau surah-surah pada rakaat pertama dan
kedua pada shalat Maghrib, Isya, Subuh dan Solat Jum'at (termasuk sunat
muakkad) juga merupakan sunnah.
5. Mengucapkan
takbir-takbir perpindahan (dari satu rukun shalat ke rukun shalat lainnya).
Yaitu "Allahu Akbar" ketika akan berpindah gerakan atau
sikap dalam shalat, kecuali ketika bangun dari ruku,.
6. Membaca tasbih dalam
ruku' dan sujud, serta doa i'tidal dari ruku dan sujud.
7. Membaca tasyahud
pertama.
8. Membaca salawat
untuk Nabi Muhammad s.a.w. pada tasyahud pertama.
9. Membaca doa setelah
tasyahud akhir
10. Membaca salawat
Ibrahimiyah pada tahiyyat akhir. Yaitu
11. Salam yang kedua.
Sujud Sahwi
Semua yang tersebut di
atas, kendati dihimpun ke dalam istilah "sunnah", namun,
masing-masing memiliki tingkatan yang berbeza, mengingat empat diantaranya,
bila tidak dikerjakan kerana lupa, boleh diganti dengan sujud sahwi. Sujud
sahwi artinya sujud kerana terlupa mengerjakan sesuatu yang sunnah atau hal
yang salah lainnya tanpa sengaja. Umpamanya lupa mengerjakan tahiyyat awal,
lupa membaca ayat atau surat pada rakaat pertama atau kedua, lupa tentang
bilangan solat dan sebagainya. Menurut Al Gazhali, empat hal yang dapat
digantikan dengan melakukan sujud sahwi tersebut yaitu satu di antaranya
termasuk perbuatan dan tiga lainnya termasuk bacaan.
Yang termasuk perbuatan
ialah duduk (setelah dua kali sujud pada rakaat kedua solat Zhuhur, Asar,
Maghrib dan Isya') untuk membaca tasyahud. Duduk seperti ini berpengaruh pada
susunan bentuk solat bagi siapa yang menyaksikannya. Sebab, dengan itu, dapat
diketahui apakah solat tersebut ruba'iyyah (terdiri atas empat rakaat) atau
bukan. Tidak seperti sunnah mengangkat tangan ketika takbir, misalnya, sebab
hal itu tidak mempengaruhi susunan bentuk solat. Itu pula sebabnya, sunnah
ini (yakni duduk untuk tasyahud pertama) disebut ba'dh (kata tunggal dari
ab'adh) yang bererti bagian. Apabila seseorang tidak mengerjakan ab'adh,
dianjurkan dengan sangat agar ia menggantinya dengan sujud sahwi.
Adapun bacaan-bacaan
sunnah dalam solat, semuanya tidak digantikan dengan sujud sahwi, kecuali
tiga (yaitu yang termasuk ab'adh):
Tidak termasuk di
dalamnya takbir-takbir perpindahan (dari satu ruku ke ruku lainnya),
bacaan-bacaan dalam ruku, sujud dan i'tidal dari kedua-duanya. Hal ini
disebabkan ruku dan sujud adalah gerakan yang memiliki bentuk khas, berbeda
dengan gerakan-gerakan biasa. Dengan mengerjakannya, dapat diperoleh makna
ibadah, walaupun tanpa membaca zikir apa pun dan tanpa takbir-takbir
perpindahan. Tanpa zikir-zikir itu pun, bentuk ibadah shalat - dengan
melakukan gerakan ruku' dan sujud - tetap tidak akan batal atau hilang. Lain
halnya dengan duduk untuk bertasyahud pertama. Ia tadinya merupakan gerakan
biasa (yakni, yang juga dilakukan di luar solat). Tetapi, kini, sengaja
diperpanjang untuk diisi dengan bacaan tasyahud. Maka, meninggalkannya akan
menimbulkan perubahan cukup besar dalam susunan bentuk solat.
Sebaliknya, meninggalkan
bacaan doa istiftah, atau pun surah, tidak menimbulkan perubahan, mengingat
bahawa rukun berdiri dalam solat telah cukup diisi dengan bacaan Al Fatihah,
sehingga dapat dibezakan dengan berdiri secara biasa. Dengan alasan itu pula,
bacaan doa setelah tasyahud terakhir tidak digantikan dengan sujud sahwi.
Bacaan qunut pun, pada
dasarnya, tidak layak digantikan dengan sujud sahwi, namun, disyariatkannya
perpanjangan ruku i'tidal, pada solat Subuh, adalah semata-mata untuk diisi
dengan bacaan do'a qunut itu. Maka, sama halnya seperti rukun duduk untuk tasyahud
pertama. Ia adalah perpanjangan dari duduk istirahat, guna diisi dengan
bacaan tasyahud.
Cara melakukan Sujud
Sahwi
Sujud sahwi dilakukan
pada penghujung rakaat yang terakhir, yaitu sesudah tahiyyat dan sebelum
salam. Bersujud sambil mengucapkan "Allaahu Akbar" dan dalam
sujud membaca:
Subhaanalladzi laa yanaamu
walaa yansaa (3x)
"Maha suci Allah yang
tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa"
Bila yang terlupakan itu
salah satu rukun soalat, yang tidak bisa dibetulkan seketika, maka solatnya
tidak sah, dan solatnya harus diulang kembali. Tetapi bila yang terlupakan
itu rakaat, misalnya solat Isya yang mestinya 4 rakaat , hanya 3 rakaat, maka
sesudah memberi salam, tanpa diselingi dengan atau perbuatan lain, segeralah
ia berdiri dan tambahlah rakaat yang tertinggal itu. Rakaat tersebut tetap
diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, kemudian anda
lengkapi dengan sujud sahwi.
Bila di dalam solat
timbul keraguan tentang jumlah rakaat maka ambillah jumlah rakaat yang
sedikit lalu yakinlah dengan itu (Misalnya bila kita lupa apakah sudah empat
rakaat atau baru tiga rakaat, maka ambilah keputusan bahawa itu rakaat yang
ketiga. Lalu lanjutkan solat dan tambahkan yang kurang).
Terlupa Mengerjakan Solat
Bila seseorang terlupa
mengerjakan solat, baik kerana tertidur atau kerana lain hal, maka hendaklah
ia segera mengerjakannya seketika tersedar. Misalnya, kerana ketiduran,
sehingga waktu solat subuh sudah habis. Maka ketika ia terbangun, segeralah
berwudhu dan tunaikanlah solat subuhnya. Solat tersebut bukan qadha (membayar
hutang), tetapi solat dengan sesungguhnya. Allah s.w.t. akan
memaafkan kerana ia terlupa. Begitu pula bila peristiwa serupa lainnya
terjadi secara tidak sengaja.
Sujud Tilawah
Sujud Tilawah dapat
dilakukan apabila seseorang membaca ayat Al Qur'an dan
tiba pada tempat-tempat yang dianjurkan bersujud, baik dalam solat atau
diluar solat. Dalam sujud dianjurkan membaca:
Sajada wajhiya lilladzi
khalaqahu wasyaqqa sam'ahu wabasharahu bihawlihi waquwwatihi.
"Aku bersujud kepada Allah yang
menciptakannya, memberikan pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan dan
kekuatan-Nya".
Bila sujud tilawah
dilakukan di luar solat, pembaca ayat yang ditentukan melakukan sujud
Tilawah, maka pendengar (menyaksikan) dianjurkan ikut bersujud; bila mereka
tidak ikut bersujud, maka tidak akan berdosa baginya.
Bila dalam solat
berjamaah dan Imam bersujud Tilawah, maka makmum wajib ikut bersujud, bila
makmum tidak bersujud, maka gugurlah kedudukan sebagai anggota solat
berjamaah.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar